Selasa, 25 Oktober 2011

TUGAS SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM

Edigar Tonico Dos Anjos 5445

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA

YOGYAKARTA

2010

XL Hadirkan Paket Roaming Data di Arab Saudi

Selasa, 24 Agustus

VIVAnews - Meski kontribusinya tak terlalu besar, bisnis roaming Internasional wajib dipunyai oleh operator selular untuk dapat berkembang. PT XL Axiata Tbk (XL) misalnya. Kontribusi bisnis roaming internasionalnya hanya sekitar empat persen, termasuk layanan data dan suara.

Namun, meski persentasenya kecil, perseroan cenderung mempertahankan bisnis tersebut. Hal itu ditandai dengan penawaran paket roaming Internasional terbarunya, yaitu Unlimited Data Roaming di Arab Saudi.

Paket baru tersebut dibanderol dengan tarif flat Rp75.000 per hari, baik bagi pelanggan prabayar maupun pascabayar. Tarif ini juga berlaku untuk paket data smartphone seperti BlackBerry Internet Service (BIS) dan sejenisnya. Layanan ini berlaku mulai 10 Agustus hingga 31 Desember 2010. Setelah itu, tarif akan dievaluasi kembali sesuai serapan pasar.

"Meski porsinya kecil, permintaan atas layanan roaming internasional pelanggan XL terus meningkat," kata Vice President Enterprise & Carrier XL, Titus Dondi, dalam keterangannya, Jakarta, Senin 23 Agustus 2010.

"Tidak cukup jika hanya layanan suara, tetapi bagaimana agar pelanggan bisa secara mudah mendapatkan layanan-layanan selular lainnya, seperti Internet, semudah di dalam negeri," terang dia.

Sementara itu, Head of Corporate Communication Febriati Nadira mengatakan XL menyasar segmen A atau eksekutif untuk paket Unlimited Data Roaming terbaru di Arab Saudi. "Biasanya keluarga eksekutif. Biasanya mereka melakukan umroh di sela Lebaran," jelas wanita yang akrab disapa Ira.

Dia mengatakan, terdapat 300 sampai 500 nomor pelanggan yang melakukan roaming ke Arab Saudi tiap bulannya. Jika menjelang Lebaran dan Lebaran Haji (Idul Adha), angkanya bisa tumbuh dua kali lipat lebih.

Selain untuk mengantisipasi tingginya permintaan saat menjelang hari raya umat Muslim di atas, Titus mengatakan, paket roaming internasional ini diluncurkan untuk mengantisipasi isu bill shock.

Istilah bill shock populer di industri telekomunikasi sebagai istilah yang merepresentasikan reaksi syok oleh pelanggan yang tagihan telepon selularnya tiba-tiba meledak karena sesuatu hal yang umumnya disebabkan roaming internasional.

"Bill shock sudah menjadi isu global, tidak hanya terjadi di Indonesia. Paket yang kami tawarkan ini juga untuk mengantisipasi isu tersebut. Terutama bagi pengguna XL BlackBerry," terang Titus.

Saat ini, layanan International Roaming dari XL bisa dinikmati di 140 negara. Untuk layanan suara, perusahaan menjalin kerja sama dengan 383 operator di luar negeri. Sedangkan untuk data, XL bekerjasama dengan 153 operator di luar negeri.

Yahoo news Indonesia

By Muhammad Chandrataruna

(file:///E:/ttc-xl-hadirkan-paket-roaming-data-di-ar-078ed6a.html)

Ulasan

Roaming international yg ditawarkan oleh XL memberikan kemudahan bagi para pengguna XL yang hendak berpergian keluarga negeri, menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi pada khusunya untuk menghidari terjadinya bill shock itu sendiri,dan ini tentu saja bermanfaat bagi para penggunnya dan keuntungan untuk provider tersebut agar menjaga kepercayaan di antara kedua belah pihak. Roaming International di arab Saudi ini yang saya ketahui baru di terbitkan untuk program terbaru tahun ini,

Program ini diharapkan selain dapat meningkatkan kualitas fitur XL di arab juga menjaring pelanggan lebih banyak, dengan tarif Rp 75.000,- pelanggan dapat menikmati fitur ini ditambah dengan aktifasi paket data blackberry internet servis (BIS). Namun program ini hanya berlaku dari 10 Agustus 2010 sampai 31 Desember 2010 yang berarti tariff ini adalah masa promosi. Tidak dapat dipungkiri mungkin saja kedepannya tariff akan naik dan mungkin lebih mahal dari roaming operator lain..

Target dari program ini adalah segmen A atau konsumen eksekutif. Ini karena fitur XL ini lebih terfokus pada unlimited internet servis yg notabenenya sering dipakai oleh konsumen segmen A daripada fitur lain seperti voice service ataupun text message.

modul 3 pratikum proses produksi ( mesin bubut )

MODUL III

MESIN BUBUT

1.1. Tujuan

Mempelajari proses pengerjaan logam melalui pemotongan dengan menggunakan mesin perkakas yaitu mesin bubut.

3.2. Dasar Teori

Pada dasarnya yang disebut mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang dipergunakan untuk mengerjakan benda-benda yang berbentuk silindris, tetapi dapat juga untuk mengerjakan bentuk-bentuk lain misalnya untuk membuat segi enam, bujursangkar, dengan pengerjaan khusus. Contoh bentuk benda kerja hasil proses pembubutan antara lain : baut, as, spindle, ring.

Semua benda kerja hasil bubutan di atas merupakan bagian-bagian mesin, jig dan fixture, dan cekam. Benda-benda tersebut dibuat dari bahan yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhannya, dan dapat memiliki kualitas yang tidak sama satu sama lain.

11

contoh benda kerja

Pembagian mesin bubut berdasarkan kemampuan pengerjaan dikelompokkan menjadi lima kelompok besar antara lain :

a. Mesin bubut ringan

Mesin ini bentuknya kecil dan sederhana, digunakan untuk mengerjakan benda-benda yang kecil pula. Biasanya diletakkan di atas meja kerja.

Contoh : mesin bubut Simonet.

b. Mesin bubut revolver

Mesin ini khusus untuk memproduksi benda kerja yang ukurannya sama dan dalam jumlah yang banyak atau untuk pengerjaan awal.

Contoh : mesin bubut kapstan.

c. Mesin bubut sedang

Konstruksi mesin bubut ini lebih cermat dan dilengkapi dengan penggabungan perlengkapan yang khusus. Mesin ini digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi.

d. Mesin bubut standart

Mesin ini mempunyai power yang lebih besar dan digunakan untuk pengerjaan pembubutan yang memerlukan ketelitian tinggi dengan benda yang cukup besar.

Contoh : Cholcester Master dan Kerry

e. Mesin bubut beralas panjang

Mesin bubut ini termasuk mesin bubut industri berat yang banyak digunakan pada benda kerja yang besar dan panjang.

Contoh : poros-poros kapal dan poros transmisi

3.2.1. Gerakan-gerakan dalam membubut

12

Dalam pengerjaan mesin bubut dikenal beberapa prinsip gerakan yaitu :

a. Gerakan berputar benda kerja pada sumbunya disebut cutting motion, main motion”, artinya putaran utama. Dan cutting speed atau kecepatan potong merupakan gerakan untuk mengurangi benda kerja dengan pahat.

b. Pahat yang bergerak maju secara teratur, akan menghasilkan “chip” (bram, serpih, tatal). Gerakan tadi disebut “feed motion”.

c. Bila pahat dipasang dengan dalamnya pemotongan (“depth of cutting”), pahat dimajukan ke arah melintang sampai kedalaman pemotongan yang dikehendaki. Gerakan ini disebut “adjusting motion”.

3.2.2. Pengerjaan pada mesin bubut

Bermacam-macam benda yang dibubut dapat dibedakan menurut proses pengerjaannya.

Pengerjaan pada bagian luar benda kerja disebut “outside turning”, sedang pengerjaan pada bagian dalam disebut “inside turning”.

Membubut memanjang

(“Longitudinal Turning”)


Membubut sisi muka

(“Transversal Turning,

Facing”)


Membubut konus

(“Angular Turning”,

Taper Turning”)

Membubut profil

(“Profil Turning”)


Membubut ulir

(“Thread Cutting”)

“Outside Turning” “Inside Turning”

3.2.3. Peralatan dan mesin yang digunakan

A. Mesin bubut

Bagian-bagian mesin bubut :

a. Kepala tetap (Head stock)

Digunakan untuk kedudukan cekam, bisa juga untuk perlengkapan-perlengkapan lain misalnya centre tetap (dead centre), face plate, colet, dan lain-lain.

b. Kepala lepas (Tail stock)

Digunakan untuk menempatkan centre jalan (live centre), untuk menyangga benda kerja yang panjang, untuk kedudukan chuck bor (drill chuck), untuk kedudukan reamer, bisa juga untuk proses pembuatan tirus.

c. Eretan atas

Digunakan untuk kedudukan “tool holder”, bisa juga untuk proses pembuatan tirus.

d. Eretan lintang (Cross slide)

Berfungsi untuk proses pemotongan melintang, baik untuk pemotongan benda kerja maupun proses facing (transversal turning).

e. Eretan memanjang

Berfungsi untuk penyayatan memanjang atau longitudinal turning.

f. Bed mesin

Berfungsi untuk tempat kedudukan pembawa atau carried.

g. Sumbu pengatur jarak kisar (lead screw)

Berfungsi untuk proses pembuatan ulir (threading turning).

h. Sumbu pengatur gerak maju pemotongan

Berfungsi untuk menggeakkan pahat secara otomatis baik memanjang maupun melintang.

B. Pahat bubut

Pahat bubut digunakan untuk mengurangi benda kerja. Pahat ini terbuat dari unalloyed tool steel, alloy tool steel, cemented carbide, diamond tips, ceramic cutting material. Umurnya tergantung dari jenis bahan dasar pahat, bentuk sisi potong, dan pengasahannya.

1. Sifat-sifat dasar pahat bubut :

a. Keras

b. Ulet

c. Tahan panas

d. Tahan lama

2. Macam-macam pahat bubut

Untuk setiap jenis pengerjaan diperlukan pahat yang tepat. Oleh sebab itu harus dipilih pahat roughing, boring, thread cutting, dan sebagainya. Kebanyakan pahat bubut sudah distandardisasikan.

a. Pahat roughing (roughing tool)

Selama pengerjaan kasar, pahat harus memotong benda dalam waktu sesingkat mungkin. Oleh sebab itu pahat ini harus dibuat kuat. Bentuknya dapat lurus atau bengkok.

b. Pahat finishing (finishing tool)

permukaan yang halus dari benda kerja akan diperoleh jika menggunakan pahat finishing. Untuk keperluan ini dipergunakan pahat finishing titik dengan sisi potong bulat dan pahat finishing datar dengan sisi potong rata. Setelah digerinda, sisi potong pahat finishing harus di”honing” (digosok) dengan oil stone secara hati-hati, kalau tidak permukaan benda kerja tidak akan halus.

3. Perawatan pahat bubut

Pahat bubut harus disimpan sedemikian rupa sehingga sisi potongnya tidak mudah rusak. Sisi potong yang tumpul menyebabkan getaran yang besar, sehingga menyebabkan panas dan permukaan yang kasar. Oleh karena itu janganlah menunggu sampai sisi potong tumpul.

4. Cara memasang pahat bubut

Selama pengerjaan, pahat ditekan oleh tenaga potong (cutting force). Besarnya tenaga ini tergantung dari besarnya benda kerja dan ukuran penampang chip. Dengan memasang pahat pada baut pengunci (clamping bolt), terjadilah getaran yang kuat di antara permukaan penyangga pahat dengan penjepit pahat. Getaran tersebut menyebabkan pahat bergerak. Untuk menghindari bergesernya pahat selama pengerjaan, pahat harus dipegang dengan kuat dan aman.

Untuk pemasangan pahat dapat digunakan pelat-pelat tipis sebagai “ganjel” (penahan).

5. Alat ukur

Digunakan untuk mengukur benda kerja yang akan dikerjakan. Alat ukur yang tersedia yaitu :

1. Vernier caliper

2. Micrometer

3. Rollmeter

6. Kecepatan potong

Untuk menentukan kecepatan potong, hal-hal berikut ini harus diperhatikan :

a. Bahan dasar dari benda kerja

b. Bahan dari pahat

c. Penampang dari chip

d. Pendingin

e. Macam mesin bubut

Benda kerja yang besar biasanya sukar dipegang, maka harus digunakan kecepatan potong yang sesuai, jenis pengerjaannyapun harus dipertimbangkan.

Contoh :

Finishing boring harus selesai dalam waktu 300 menit. Selama proses pengerjaan tidak boleh mengganti pahat, maka kecepatan potong harus dipilih yang lebih kecil supaya pahat tidak cepat tumpul selama waktu pengerjaan. Bermacam-macam kecepatan potong berhasil ditetapkan dengan pengujian. Daya tahan sisi potong pahat kira-kira sudah dipakai dua kali penggerindaan, dapat dipakai untuk mengukur umur sisi potong pahat tersebut. Umur pakai rujukan sedemikian rupa sehingga High Speed Steel berumur dan Cementit Carbide 240 menit bila kecepatan potong lebih besar daripada yang di tabel, pahat akan berumur pendek, jika lebih kecil dari apa yang di tabel pahat akan berumur panjang.

7. Perhitungan Rpm

Kecepatan potong yang diizinkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Contoh : Seperti pada tabel kecepatan potong 22 m/menit, cocok digunakan untuk pengerjaan kasar pada diameter dengan material St 50. Sebelum membubut Rpm benda kerja harus sudah diketahui, tujuannya supaya dapat menentukan kecepatan potong.

Contoh :

Hitunglah Rpm jika diketahui d = 125mm;

V = 20 m/menit

Jawab :

n = (1000 x V) / (3.14 x 125 mm)

= (1000 x 20 m/menit) / (3.14 x 125 mm)

= 51 Rpm

Tabel 3.1. Machine tool Calculation

Diagram

Symbol

Quantity

Unit

Formula

Th

vc

f

n

d

d1

If

I

Controlled machine time

Cutting speed

Feed per revolution

Rotational speed

External diameter

Internal diameter

Feed

Number of cutting edges

Min

m/min

mm

min-1

mm

mm

mm

th = p.d.If.i

1000.vc.f

th = If.i

n.f

vc = p.d.n

1000

Feed when facing

Full face:If = d

2

Annular area:

If = d – d1

2

gbr 5

8. Keselamatan kerja

Selama pengerjaan menggunakan mesin bubut hendaknya menggutamakan keselamatan kerja pengguna dan orang yang berada disekitarnya. Hal-hal yang harus dimengerti dan dijalankan oleh pengguna mesin bubut adalah

o Saklar on/off dan emergency switch

o Sistem breake/rem

o Alat pelindung diri (kacamata, sepatu tertutup/ bengkel, baju bengkel)

3.3. Alat dan bahan

a. Sebuah mesin bubut dengan bagian-bagian utama :

(1) Headstock (kepala tetap)

(2) Tailstock (ekor tetap)

(3) Bed (alas mesin)

(4) Carriage (kereta luncur)

Nama alat :

  • Life Center
  • Pahat ISO 6
  • Center Drill
  • Arbor
  • Kaca Mata
  • Kuastener untuk Chuck

3.4. Cara Kerja

a. Menyiapkan lembar kerja.

b. Memperhatikan dan mempelajari cara kerja mesin bubut.

c. Memeriksa ukuran benda kerja, kemudian dipasang pada chuck.

d. Memasang pahat pada rumah pahat dan mengatur tinggi ujung pahat terhadap sumbu benda kerja.

e. Pahat potong ditempelkan pada benda kerja dan posisi skala diatur pada posisi nol.

f. Mengatur kedalaman potong.

g. Mengatur kecepatan putaran mesin dan kecepatan pemotongan.

h. Jika pemasangan benda kerja pahat sudah betul, menghidupkan mesin dengan menurunkan tongkat hijau dan pembubutan mulai berlangsung.

i. Memulai pembubutan dengan facing.

j. Membubut benda kerja sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan.

k. Mengukur dimensi benda kerja setelah pembubutan.

l. Jika telah selesai mematikan mesin dan membersihkan mesin dari chips.

3.5. Data dan Perhitungan

3.5.1. Data

No

Gambar

Ket

Alat

L

S

N

Waktu

1

0,8 mm

ISO6

78

0.33

650

3;59

2

0,8 mm

ISO6

78

0.33

650

1;29

3

0,8 mm

ISO6

78

0.33

650

1;44

Nama alat :

  • Life Center
  • Pahat ISO 6
  • Center Drill
  • Arbor
  • Kaca Mata
  • Kuastener untuk Chuck

3.5.2. Analisis Data

Variabel yang diketahui :

· Ongkos tenaga kerja = Rp 35.000,-/8 jam

· Biaya penggunaan mesin bubut CO630A

= Rp 2.500,-/jam

· Biaya penggunaan mesin bubut Morton FCH-2167

= Rp 13.000,-/jam

· Cutting speed (CS) –St 37 = 32,5 m/menit

· Waktu set up = 10 menit

· Waktu delay = 15 menit

· Feeding untuk Ms. Bubut CO630A = 0,047 mm/put

· Feeding untuk Ms. Bubut FCH-2167 = 0,11 mm/put

· Feeding untuk pembuatan ulir = 5,08 mm/put

· Nmesin Ms. Bubut CO630A (rpm) =

60 185 220 325 430 670 990 1525 2245

· Nmesin Ms. Bubut FCH-2167(rpm) =

35 52 75 110 160 230 330 490 650 950 1350 2000

3.5.3 Perhitungan

1. Menghitung putaran mesin(n) :

n teori = (1000 x Cs) / (p x d)

= (1000 x 32,5 m/menit) / (3,14 x 0,8 mm)

= 12.937,898

Untuk proses bubut facing :

Df = ½ d = ½ x 0,8 = 0,4 mm

d = Diameter benda kerja awal (mm)

CS = Kecepatan potong (m/menit)

2. Menghitung Machining time yang digunakan (Tm)

Tm = (L x i) / (s x n)

i = Jumlah pemakanan

L = Panjang benda yang dibubut (mm)

S = Feeding

a. Tm1(teori) = (L x i) / ( s x n)

= 78 x 1) / ( 0,33 x 470,47)

= 0,502 menit

b. Tm2(teori) = (L x i) / ( s x n)

= 78 x 1) / ( 0,33 x 470,47)

= 0,502 menit

c. Tm3(teori) = (L x i) / ( s x n)

= 78 x 1) / ( 0,33 x 470,47)

= 0,502 menit

Tm1 praktek = 3 menit 59 detik

Tm2 praktek = 1 menit 29 detik

Tm3 praktek = 1 menit 44 detik

3. Menghitung Machining Time (Tmachining)

Tmachining = Tm1 + ..... + Tmn (menit)

Tm(teori) = (0,502 + 0,502 + 0,502) menit

= 1,506 menit

Tm(praktek) = (3 menit 59 detik + 1 menit 29 detik + 1 menit 44 detik)

= 7 menit 12 detik

4. Menghitung Auxilliary time (Atime)

Atime = 1/3 x Tmachining(teori)

Atime(teori) = 1/3 x 1,506 menit menit

= 0,502 menit

Atime(praktek) = 1/3 x 7,12 menit

= 2,371 menit

5. Menghitung waktu total pengerjaan (Tm total)

Tm total = Tmachining + Tset-up + Aauxiliary + Tdelay

Tm total(teori) = (1,506 + 10 + 0,502 + 15) menit

= 27,008 menit

Tm total(praktek) = (7,12+ 10 + 2,371 + 15) menit

= 34,491 menit

6. Biaya permesinan (Bmesin)

Bmesin­ = Tm total x Harga penggunaan mesin

Bmesin­(teori) = 27,008/60 jam x (Rp 2500 / jam)

= Rp 1.125 jam

Bmesin­(praktek) = 34,491/60 jam x (Rp.2500 jam)

= Rp 8.3443,8

= Rp 1.437,5 jam

7. Biaya Tenaga Kerja (Btenaker)

Btenaker = Tm total x Harga tenaga kerja

Btenaker(teori) = 1.125 jam x [Rp 35.000/(8 jam]

= Rp 4.921.875 jam

Btenaker(praktek) = 1.437,5 jam x [Rp 35.000/(8jam]

= 6.289.062,5 jam

8. Biaya material (Bmat)

B mat = volume benda kerja x harga material

= ¼.π.d2.L X Rp 35000/m3

= 1/4 . 22/7 . 0,82 . .78 x 35000

= 39,237 x 35 000

= 1.373.295

9. Biaya total pengerjaan (Btotal)

Btotal = Bmesin + Btenaker + Bmaterial

Btotal(teori) = Rp 1.125 + Rp Rp 4.921.875 + Rp 1.373.295

= Rp 6.296.295

Btotal(praktek) = Rp 1.437,5 + Rp 4.921.875 + Rp 1.373.295

= Rp 6.296.607,5

3.6. Pembahasan

Pada percobaan modul ini mesin yang digunakan ada­lah mesin bubut dengan gerak utama berputar. Pengerjaan benda kerja dengan menggunakan mesin bubut akan menghasilkan benda yang berdimensi bulat (berbentuk silinder), karena proses pengerjaan mesin bubut adalah memutar benda kerja dan menyentuhkannya pada mata pahat. Pahat sebagai alat pemotong benda kerja adalah HSS(High Speed Steel) yang memiliki sifat tahan panas sampai pada suhu 900ºC, getas,dan kuat. Disini terjadi 3 macam gerakan, yaitu gerakan berputar oleh benda kerja, gerakan maju mundur dan adjusting motion oleh pahat. Arah putaran benda kerja ditentukan oleh jenis pahat yang digunakan.

Pada praktikum ini praktikan mencoba membuat produk baut dari benda kerja awal berbentuk besi silinder dengan diameter 15.7mm. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengukuran dimensi. Setelah diukur, benda kerja dipasang pada mesin bubut dan memasang mata pahat untuk selanjutnya dikenai pekerjaan facing permukaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan longitudinal turning pada benda kerja sepanjang 170 mm.

Sebelum bekerja dengan mesin bubut, terlebih dahulu harus menentukan kecepatan putaran mesin. Pada percobaan ini kecepatan putaran mesin yang digunakan (rpm)nya berbeda-beda tergantung jenis proses yang dilakukan. Dari hasil perhitungan untuk menentukan rpm tentu saja tidak memperlihatkan hasil yang langsung tepat sesuai angka rpm yang tertera di mesin bubut, tetapi untuk menentukan rpm-nya digunakan angka rpm yang terdekat dari hasil perhitungan.

Pahat dipasang pada rumah pahat dengan menggunakan kunci pas dan memperhatikan tinggi pahat terhadap tinggi benda kerja yang akan dikerjakan. Tinggi pemasangan pahat yang tepat adalah setinggi ujung center, jika terlalu tinggi akan menyebabkan pahat mudah patah dan jika terlalu rendah akan menyebabkan chip susah dipisahkan.

Pada saat menggunakan mesin bubut kita harus menyeting dua alat pengatur pemakanan arah tegak lurus benda dan arah sejajar benda pada angka 0 setelah kita menyentuhkan pahat pada permukaan benda kerja. Pada saat pengesetan menjadi nol mesin bubut harus dalam keadaan hidup agar kita mendapatkan permukaan diameter yang sebenarnya. Setelah itu kita dapat mulai melakukan pemakanan. Pemakanan dilakukan sedikit demi sedikit sekitar 1 mm. Proses pemakanan yang pertama kali dilakukan adalah proses longitudinal turning sepanjang 170mm dengan pemakanan sebanyak 1 kali. Setelah proses ini selesai, tahap kedua yang dilakukan adalah proses longitudinal turning yang kedua yaitu sepanjang 0.9mm dengan diameter awal 15.7mm dan diameter akhirnya 14.8mm. Pemakanan dilakukan sebanyak 1 kali. Proses selanjutnya adalah proses undercut dengan depth atau kedalaman 1mm. Setelah itu dilakukan proses champer. Proses ini berguna untuk menghaluskan permukaan tepi benda kerja.

Proses terakhir yang dilakukan adalah memotong benda kerja sepanjang 170mm dan melakukan pembubutan muka(facing) untuk memperpendek benda kerja. Proses facing ini bertujuan untuk meratakan permukaan benda kerja.

Kualitas pembubutan bergantung pada dua faktor, yaitu cutting speed dan feeding. Jika cutting speed-nya kecil dan feeding-nya besar, maka akan dihasilkan permukaan yang kasar. Tetapi jika cutting speed yang dipergunakan besar dan feeding-nya kecil, maka akan dihasilkan permukaan yang halus. Pengaturan feeding atau pemakanan dilakukan dengan menyetel handle kecepatan pemakanan. Dalam setiap kali memproduksi dengan mesin bubut, selalu dilakukan dua jenis pemakanan, yaitu pemakanan kasar (roughing) dan pemakanan halus (finishing).

Selama melakukan pembubutan, pahat harus sering diberi pendingin. Ini berfungsi untuk mengurangi panas pada pahat. Jika pahat terlalu panas maka pahat akan cepat tumpul dan patah. Tetapi pada saat praktikum ini tidak diberikan pendingin atau cooling pada pahat dikarenakan persediaan cooling habis. Pada pembubutan ini juga menghasilkan chip. Un­tuk itu dalam melakukan pembubutan disarankan memakai ka­camata untuk mencegah agar chip tidak mengenai mata apabila chip tersebut terlontar jauh, tetapi pada saat praktikum ini praktikan tidak memakai kaca mata. Pembubutan yang baik akan menghasilkan chip yang berbentuk seperti pita dengan panjang ± 1 cm. Pada saat membubut, praktikan tidak boleh menghentikan mesin pada saat pemakanan karena dapat merusak pahat dan juga benda kerja.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dan dari hasil perhitungan terdapat perbedaan antara time machining secara teoritis dan praktek. Secara teoritis waktu permesinannya adalah sebesar 29.311 menit dan secara praktek sebesar 21.0802 menit. Hal tersebut disebabkan kurang tepatnya praktikan dalam menekan stopwatch pada waktu pelaksanaan dan kurangnya ketelitian dalam membaca stopwatch serta karena kurangnya keahlian praktikan dalam menggunakan mesin bubut.

Dalam proses pemakanan juga sering terjadi perbedaan antara pengukuran pemakanan dengan hasil akhir, ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya operator kurang cermat dalam memutar putaran eretan untuk menentukan pemakanan pahat terhadap benda kerja atau karena kondisi dari mesin.

Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam kecepatan potong pembubutan antara lain :

a. Kekuatan bahan yang dikerjakan

b. Tingkat kehalusan yang dikehendaki

c. Bahan pahat yang dipakai

d. Bentuk pahat

e. Penjepit benda kerja

f. Macam dan keadaan mesin bubut

Faktor yang menentukan kehalusan permukaan benda kerja yang dihasilkan :

a. Feeding (mm/menit)

dimana apabila feedingnya semakin cepat, maka permukaan benda kerja yang dihasilkan tidak akan halus.

b. Depth of cut (mm)

Kedalaman pemotongan menentukan kehalusan permukaan yaitu semakin dalam pemotongan yang terjadi maka permukaannya akan semakin tidak halus, dan hal ini juga dapat menyebabkan mata pahat cepat pahat.

c. Mata pahat yang tajam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses

pembubutan :

Ø Ketepatan dimensi dari benda kerja yang dikehendaki. Ini dapat diperoleh dengan mengatur handle dan tombol-tombol yang ada pada mesin bubut.

Ø Penempatan benda kerja pada pencekam mesin bubut

Penempatan ini dapat mempengaruhi benda kerja. Hal ini disebabkan oleh putaran dari benda kerja yang dapat menyebabkan benda kerja menjadi bengkok karena adanya torsi dari benda kerja yang berputar.

Ø Proses pemakanan

Harus dilakukan secara perlahan. Pemakanan secara cepat dapat menyebabkan pahat menjadi cepat tumpul/malah dapat menyebabkan patah.

Dari hasil praktikum dengan menggunakan mesin bubut yang telah dilaksanakan, kerapian dari benda kerja hasil pemesinan cukup baik. Dalam pengerjaan dengan menggunakan mesin bubut , hal yang dapat menentukan baik tidaknya permukaan benda kerja hasil pemesinan adalah ketajaman dari pahat yang digunakan, serta pelumas atau pendingin yang digunakan. Semakin tajam pahat yang digunakan maka akan diperoleh permukaan benda kerja yang baik. Selain itu, kecepatan putaran mesin bubut dan pemakanan yang dilakukan pada benda kerja akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari proses pemesinan. Dan salah satu hal yang cukup menentukan hasil kerja dengan menggunakan mesin bubut adalah tingkat keahlian operator.

Dalam melakukan pengerjaan dengan menggunakan mesin bubut, perlu juga diperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. Untuk itu perlu digunakan alat – alat pelindung. Hal ini terjadi karena praktikan masih awam dalam pengoperasi­an mesin bubut sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan produk tersebut. Dan seringkali terjadi kesalahan dalam mengoperasikan mesin bubut karena praktikan belum terbiasa dengan tombol-tombol dan pengendali-pengendali yang ada. Oleh karena itu disarankan selama melakukan pengerjaan dengan menggunakan mesin, praktikan harus berada dekat dengan emergency stop, agar sewaktu-waktu dapat menghentikan mesin tersebut. Selain itu praktikan sering kurang cermat dalam memutar putaran eretan untuk menentukan pemakanan pahat terhadap benda kerja dan karena kondisi dari mesin yang sudah cukup tua sehingga ada beberapa bagian yang telah mengalami keausan sehingga akan mempengaruhi pengukuran yang dilakukan. Dan juga mungkin adanya kesalahan dalam pengukuran waktu yang dilakukan oleh praktikan lain yang tidak mengoperasikan mesin bubut, dengan jarak pandang dan halangan yang ada dapat mempengaruhi pengukuran waktu yang dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu permesinan (Tm) adalah :

· Panjang pemotongan (L), jika L besar maka waktu permesinan makin lama.

· Feed (s), makin besar makin cepat waktu permesinan.

· Putaran mesin (n), makin besar makin makin cepat waktu permesinan.

· Cutting speed (cs), makin besar makin berkurang waktu permesinannya.

· Kemampuan operator dalam mengoperasikan mesin.

· Ketajaman mata pahat.

3.7. Kesimpulan

1. Proses membubut adalah proses meraut benda kerja dengan membuang sebagian bahan dengan cara memutar.

2. Kehalusan permukaan benda kerja ditentukan oleh feeding dan depth of cut dan ketajaman mata pahat.

3. Dalam membubut, perlu memperhatikan faktor-faktor seperti ketepatan dimensi dari benda kerja yang dikehendaki, penempatan benda kerja pada pencekam mesin bubut, proses pemakanan.

4. Hasil perhitungan :

  • Putaran mesin teoritis (n) : 650 rpm

§ Putaran mesin praktek (n) : 650 rpm

§ Machining time teoritis (Tm(teori))

Tm1 = 0,502 menit

Tm2 = 0,502 menit

Tm3 = 0,502 menit

§ Machining time praktek (Tm(praktek))

§ Tm1 praktek = 3 menit 59 detik

§ Tm2 praktek = 1 menit 29 detik

§ Tm3 praktek = 1 menit 44 detik

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu permesinan (Tm) adalah :

· Panjang pemotongan (L), jika L besar maka waktu permesinan makin lama.

· Feed (s), makin besar makin cepat waktu permesinan.

· Putaran mesin (n), makin besar makin makin cepat waktu permesinan.

· Cutting speed (cs), makin besar makin berkurang waktu permesinannya.

· Kemampuan operator dalam mengoperasikan mesin.

· Ketajaman mata pahat.

6. Faktor yang menentukan kehalusan permukaan benda kerja yang dihasilkan :

a. Feeding (mm/menit)

b. Depth of cut (mm)

c. Mata pahat yang tajam.